Makam Kusumo Jati Atau Mbah Tuan Pepunden Warga Jentir Sambirejo Ngawen Gunungkidul Klier Tak Berkait Habib Bin Yahya’ Warga Kembali Tenang Junjung Tinggi Leluhur Orang Jawa
Minggu, 22 Desember 2024 | 22:00 WIB
Gunungkidul - pastvnews.com. puluhan orang dari laskar bumi mentaok dan lainnya di Yogyakarta sabtu siang 21 Desember 2024 berkumpul langsung dimakam tokoh warga Jentir Sambirejo Ngawen Gunungkidul untuk gelar tahlil.
Menurut sumber makam ini merupakan tokoh sejarah berkaitan dengan Mataram dalam Masa perang geger Spei Sri sultan HB II
Rombongan total berkumpul sekitar 40 orang termasuk sejumlah wartawan dari berbagai media online hadir dilokasi. Tim tersebut terdiri dari laskar senopati mentaok yang mereka itu bagian laskar dari 5 perwakilan Bantul, Sleman, Kulon progo dan kota Yogyakarta.
Kemudian Star dari dalem Benawan atau rumah RM. Kukuh Hertri Asning bersama garwo dari Krabat kraton Ngayogyokarto Hadiningrat trah HB 8 Yogyakarta merapat ke lokasi yang telah dituju.
Sesampainya dilokasi Jentir yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah terdapat komplek makam mbah Tuan. Kemudian rombongan disambut para tokoh seperti juru kunci makam, dukuh, rois, Bu lurah serta puluhan tokoh dan warga lainnya.
Setelah dirasa cukup maka rombongan melanjutkan Berdoa, dzikir dan tahlil disisi barat atau luar makam di pimpin oleh Rois mbah Man.
Setelah acara tahlil usai maka pimpinan rombongan Dityo, menggelar jumpa Pers berkait kehadirannya dikomplek makam. Dityo menyebut kehadirannya bersama senopati laskar mentaok kawulo mataram kroscek sebuah makam.
Di jelaskan bahwa disini telah terjadi pembelokan sejarah terhadap mbah Tuan, atau mbah Raden Kusumo Jati bahwa saat ada HAUl dimakam ini. Bahwa di ceritakan oleh seseorang bahwa Kusumo Jati adik dari Eyang Krt Sumodiningrat. Atau panglima perang geger spei di era pemerintahan Eyang Sri Sultan Hamengkubuwono 2.
DI isini kami pastikan. kata Dityo, menurut data dan manuskrip dan keluarga cucu dan 7 turunan yang ada. Bahwa Eyang Kusumodiningrat bukanlah habib.
Dengan demikian adiknya otomatis juga bukan dari kalangan tersebut. Jadi mbah Tuan ini merupakan tokoh sejarah dimasanya yang merupakan pepunden atau sebagai cikal bakal wilayah Jentir. Dimana makamnya sejaman dengan Eyang Sumodiningrat.
Tentu kesaksian ini sangat valid sebab seluruh warga Jentir juga hanya mengakui bahwa ini merupakan tokoh pepunden warga Jentir dan tidak berkait dengan habib. Selain ada peninggalan nama Mbah Tuan dan pengikutnya di wilayah ini. kata Dityo.
Sementara itu mbah Jembadi juru kunci makam, menjelaskan nama yang dimakamkan ini bernama Kusumo Jati. Ia dapatkan nama dari juru kunci sebelum saya, selain saat tirakat selama 100 hari.
Yang kala itu saat prosesi tirakat berat dan jarang makan dan minum dalam laku untuk mengungkap misteri,
Saat itu saya berusia 16 tahun. Kemudian menjadi juru kunci. karena meneruskan bapak Atau simbah dalam mengelola pepunden. Yang jelas ini bukan dari dari habib ‘kata Jembadi menegaskan.
Lebih lanjut pria yang berambut panjang sekira usian 80 tahunan tersebut. bahwa yang dimakamkan dibukit Jentir ini memiliki 4 penderek. Atau 4 pengikut Atau disebut pengawal.
Kusumo Jati merupakan orang baik dan kuat kemudian menurut simbah dulu. Ia merupakan orang yang memiliki reputasi nama baik hingga ada pengawalnya yang patuh dalam tugas bahkan menetap disini. Sayangnya nisan asli dari kayu atau bahan zaman dulu saat awal pembangunan hilang sampai hari ini.
Nama dari pengikut kusumo jati atau cantriknya ialah Kerto Yudo,Kerto Sentiko,Kerto Sandi dan Kerto Pati. Kalau dipunokawan dalam Pewayang adalah Petruk, Semar, Bagong dan Gareng mereka memiliki peran atau tugas masing masing.
Rois mbah Man tokoh takmir masjid setempat dalam pertemuan ini kemudian juga angkat bicara.
bahwa berkait dengan nama masjid juga di ambilkan dari nama tokoh pepunden yang di makamkan yakni Tuan. karena ini sudah terkenal ratusan tahun sebelum ada rehap makam.
Jadi hadirnya dari rombongan laskar dan trah HB 8 dari dalem benawan Yogya ini kami jadi tentram kembali karena setelah pembangunan makam banyak pernyataan yang simpang siur dimana makam ada yang nyebut trah dari habid bin yahya habib mustofa dan lainnya, itu semua tidak tidak benar. kami punya sejarah yang turun temurun jelasnya.
Dukuh Jentir Sri Bakti Surana dalam momen ini melengkapi bahwa, dulu makam masih asli dan tidak ada bangunan, namun tahun 2020 dibangun secara bertahap kemudian soal tenaga dari warga.
Semula awal pembangunan senang dan percaya statemen apalagi dapat melaksanakan pembanguan makam leluhur.
Namun dalam perkembangan setelah pembangunan selesai ada 2 haul dari golongan orang tertentu yang membuat ada keraguan karena yang di makamkan disejarahkan berbeda dengan pengetahuan yang telah melekat dihati masyarakat.
kemudian berlanjut makam dihabibkan atau apalah namanya dan itu tidak sesuai dengan sejarah yang telah turun temurun adanya makam Mbah Tuan sebagai pepunden desa.
Dengan momen 21 Desember 2024 maka semua warga sepakat dan tidak ragu lagi kembali Kesemula bahwa P.Kusumo Jati atau mbah Tuan merupakan cikal bakal atau pepunden padukuhan dan jangan memakai nama diluar ini. kata Dukuh tersebut.
Soal pembangunan untuk yang jalan masuk ke makam dari bantuan Pemda DIY melalui anggota dewan. Dulu jalan menuju lokasi hanya setapak karena akan di bangun maka warga merelakan tanahnya untuk diperlebar sampai di lokasi pepunden.
Untuk pembangunan komplek makam rumah hingga nisan dalam makam dan parkiran di danai dari utusan pekalongan yang kala itu pernah di hadiri anaknya, ujar dukuh itu.
‘Usai pembangunan lantas diresmikin oleh dia dan banyak pejabat termasuk bupati juga ada yang hadir, kata Dukuh.
Atas penjelasan warga dan dukuh lantas dikomentari Dityo, pembelokan sejarah memang dalam peresmian semacam itu ada yang di undang saut Dityo.
Sedang RM Hertri Asning Krabat Kraton Yogya berpesan. Selayaknya warga masyarakat dan peziarah untuk selalu menjaga tradisi lokal peninggalan leluhur jangan tergoda penjajahan model baru karena bisa merusak tatanan dan adat. Apalagi pembelokan nama.
Tentu ini akan menjadi masalah keta ada pembelokan nama yang tidak sesuai dengan keyakinan masyrakat lokal dan membuat tidak nyaman dan batin.
Semoga ini sebagai instropeksi bersama. Saya agar setiap wilayah di daerah istimewa Yogyakarta bisa mempetakan untuk memudahkan ahli waris dalam ziarahnya. Hal ini untuk menghindari penyusupan orang orang yang tidak bertanggung jawab untuk tidak menambah atau mengubah nama yang telah ada.
Kemudian terkait makam yang di bangun tentu ini pasca dibangun menjadi polemik karena makam diberi nama habib husein bin toha bin muhammad bin yahya. Ini di jelaskan oleh warga tidak ada.
Dengan demikian Tadi di sepakati pengembalian nama sesuai semula. Bahwa ini makam Tuan yang telah terjaga sesui tradisi, sehingga di harapkan kedepan tidak ada gejolak batin dan nyaman. Tandasnya. Id/nur’

Video Terkait
- Rumah Layak Huni Bantuan PT TWC Diresmikan. Dorong Kerberlanjutan Kerjasama Untuk Sejahterakan Masyarakat Sleman
- Pembinaan Tradisi Pengakhiran Dinas Semester II Polda DIY Dipimpin Langsung Kapolda DIY
- Pemkab Sleman Resmikan 3 Proyek Infrastruktur Tahun 2024
- Polda DIY Gelar Operasi Lilin Progo 2024 Kerahkan Sebanyak 3.353 Personal Gabungan
- LSM LIRA Desak KPK dan Kejagung Periksa Direksi BNI Terkait Penyaluran Kredit ke MTH RP.600 Milyar Bermasalah
- Sleman Jadi Tuan Rumah Peringatan HKSN Tahun 2024, Mensos: Mari Wujudkan "Wong Cilik Iso Gemuyu"
- Pemerintah Tutup Mata, Rakyat Patungan Demi Bersihkan Sampah Kota Yogyakarta !
- Gebyar Bakti Kesehatan PMI Kota Jakarta Pusat 2024
- PPJB SHM Nomor 543 Purwosari ‘Di Batalkan PN Surakarta ‘Bagaimana Tanggung Jawab Notaris’ ?
- JELANG TUTUP TAHUN 2024 SEKDA SLEMAN BERIKAN PENGHARGAAN KEPADA SKPD INOVATIF
- Aliansi Rakyat Peduli Indonesia Dukung Kejari Sleman Segera Usut Tuntas Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Sleman Th 2020
- Riana Sari Istri Terdakwa Pamungkas Laporkan Buku Tabungan Hilang ‘Terkuak Tidak Memiliki Surat Kuasa Dari PT. Jogmah Internasional Di PN Sleman
- Banyak Imperaslis Nafsu Dan Penjajahan Nafsunya PSW Jombang Cabang Kota Yogya Gelar Mujahadah
- Masa Pandemi Warga Padukuhan Gunungasem Ngoro-oro Patuk Masih Eksis Gelar Rasulan
- Masa mandemi new normal penghobi burung sudah banyak turun ke lomba
- Perundingan Bipartit PT.SRR Sementara Buntu Karyawan Minta Pesangon Normal 1, 4 Milyar ?
- Asmindo DIY Inisiasi Gelar Pameran Secara Virtual Seluruh Indonesia
- Peternak perkutut masih eksis walaupun kondisi negara di guncang virus covid 19
- Dampak Akibat Covid 19 Lama Industri Rambak Segoroyoso Terancam Bangkrut
- Relawan Bacabup Ini Kunjungi Warga Ringankan Beban
- KH Fahmi Basya 'Seluruh Dunia Menyatakan Perang Melawan Virus' Perang Dunia III
- Hampir 2 Pekan Jalan Jogja Wonosari - Patuk Gunungkidul Lengang
- Gerakan Penyemprotan Disinfektan Pemdes Terbah Patuk Libatkan Berbagai Element
- Pasangan Balon Cawub -Bacabup Ini Siap Bertarung Dikancah Pemilukada 2020
- Biawak akan serang petugas pembersih sedimen di tangkap
- Relawan "NO-TO" Lakukan Upaya Pemberantasan Covid -19
- Dwiyono Kades Terpilih Desa Kedungpoh Nglipar Menang Raih 1542 Suara
- Telaga Towati Tepus Gunungkidul Bebas Dari Polusi Udara Jahat.
- Pesona Wisata Beton Ponjong Gunungkidul
- YOGJA YOUTH FARMING" BEROPSESI JADI LABORAT PELESTARIAN ALAM
- IMOGIRI BERTEKAD LESTARIKAN SENI DAN BUDAYA WISATA
- Antisipasi kenakalan siswa SMPN 2 Jetis Bantul Jalin Komunikasi Dengan Wali Murid
- Cakades Joko Purnomo Kedungkeris Nglipar disambut meriah warga
- Bunga amarilis primadona yang bisa dikembangan diberbagai wilayah
- Angin Puting Beliung Menerjang SDN Waduk Sedikitnya 8 Rumah Warga Rusak
- Budi Oetomo Prasetyo Ponjong Gunungkidul Jabarkan Ide Nawa Karsa Manunggaling Cipta
- Jalan menuju Wisata Ke Pesisir Selatan Bantul Mulus
- Bantuan Beras Meringankan Beban Santri Dan Pengelola Ponpes
- Budi Oetomo Gunungkidul ‘Menjawab Panelis ‘Restrukturisasi Birokrasi Dan APBD Harus
- Inilah 11 Wajah Bacabup Gunungkidul 2019 Via Nasdem 'Siapakah Yang Pantas ?
- Nasdem Menjaring 11 Bacalon Bupati Gunungkidul
- Lulusan Akademi Komunitas Seni Budaya di Wisuda Sultan
- Inilah Obyek Pendidikan Semburan Air Melengkung Taman Pintar Yogya
- Zaman Kolonial Jepang Pakaian Saja Susah Baju Yang Ada Goni Seperti Ini
- Ikut Senam Sehat 2019 HUT Golkar Bantul 2 Warga Raih Sapi dan Motor
- Menikmati Semilir Angin Di Embung Merdeka Bantul'