Kembali Ke Index Video


Munas IV Persaudaraan Janda-Janda Indonesia 'Stigma Negatif Terhadap Orangtua Tunggal

Senin, 6 November 2017 | 07:40 WIB
Dibaca: 1285
Munas IV Persaudaraan Janda-Janda Indonesia 'Stigma Negatif Terhadap  Orangtua Tunggal
PESERTA MUNAS JANDA-JANDA INDONESIA TAHUN 2017

Jogja media pastvnews.com, Separuh total penduduk DI Yogyakarta  adalah kaum  perempuan. Sepertiga penduduknya terdiri  anak 19,23% dari penduduk  DIY terkategori kepala keluarga perempuan dari  215.091 perempuan  kepala keluarga (Peka) adalah sebagian  besar  orangtua  tunggal disebabkan cerai mati atau cerai talak.

Perempuan Anak,Perempuan Kepala Keluarga tetap menjadi focus ruang gerak program pemerintah,sampai saat ini  belum semua  segmen terpenuhi haknya, seperti hak hidup sejahtera atau terbebas dari permasalahan perempuan kepala keluarga (PEKA).

Demikian  sambutan  tertulis  Kepala Badan Pemberdayaan  Perempuan  dan Masyarakat DIY dr.RA Arida Oetami,M.Kes yang dibacakan Dra.Endah Sri Wahyuni,Kepala Subag Pengembangan Kelembagaan Perempuaan  DIY, saat  membuka  Munas IV Persaudaraan Janda-Janda Indonesia (PJJI)

“Armalah” di gedung  DPD  DIY Jalan Kusumanegara, Yogyakarta.(Ahad,5/10/20170).Munas IV PJJI diikuti dari Jawa Timur, Jawa Tengah,DIY, Gorontalo.

Hadir pula pendiri PJJI,anggota DPD DIY Drs.HM Hafid Asrom,dan tamu undangan lainnya.Dikatakan, beban  dan tanggung jawab sebagai orangtua tunggal/janda cukup berat, sedang kemampuan kebanyakan sangat terbatas.

Dan   yang menyakitkan, secara psikologis masih ada pandangan masyarakat terkait stigma  orangtua tunggal (janda) demikian beratnya beban yang harus ditanggung PEKA,orangtua tunggal/janda.

Sementara UUD 1945 menjamin persamaan  kedudukan,hak dan kewajiban  bagi semua  warga Negara tanpa terkecuali. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, termasuk melindungi  dan memberdayakan kaum termarginalkan.

Untuk mengatasi  permasalahan  tersebut,sebagaimana  diungkapkan Kasubag Pengembangan Kelembagaan Organisasi  Perempuan.

Ada tiga pilar diantaranya pemerintah,akademisi dan swasta.Pemerinah dengan berbagai program kebijakan sudah banyak melakukan action,namun jumlah yang harus ditangani  cukup banyak, sehingga  tidak mungkin semua permasalahn social ekonomi dapat dituntaskan  tak terselesaikan.

Kalangan akademis dengan potensi SDM yang dimiliki telah melakukan berbagai kajian  tentang permasalahan sosial ekonomi sebagai bahan penyusunan  kebijakan.Pilar kalangan swasta dan peran lembaga swasta /organisasi  masyarakat juga sangat dibutuhkan,” ungkapnya.

Di DIY sejak  1991telah berdiri lembaga yang memberi perhatian besar  terhadap kaum termarginalkan, yakni PJJI “Armalah”.

Dalam perjalanan sejarahnya, PJJI telah cukup banyak berkiprah dalam mendampingi,memotivasi,memberdayakan kaum perempuan yang berstatus orangtua tunggal/ janda untuk  menjadi pribadi  mandiri,bermartabat,terhormat dalam rangka mewujudkan keluarga  sejahtera. Anjar L /Isan R




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi