KARYA DAN PENGABDIAN EMPU KARAWITAN KI WIRYAH SASTROWIRYONO
Senin, 22 Agustus 2016 | 08:01 WIBMedia pastvnews.com, Sebagai empu karawitan Ki Wiryah Sastrowiryono atau dikenal Romo Saswir di kalangan pecinta karawitan, wajar jika kemudian Ki Saswir disebut sebagai empu. Untuk menjadi empu karawitan, Ki Saswir banyak belajar dari kerabat keraton Ngayogyakarta, yakni KRT Poerwonegoro (ayahnda BRAy Poeger) hanya satu-satunya kerabat Keraton yang memiliki gamelan.
Banyak anak-anak di sekitar keraton untuk diajak belajar nabuh gamelan, karawitan tari beksan dsb di kediaman KRT Poerwonegoro. Demikian dituturkan,Nyi Hj Sulistiyah Sudarmadi SH salah seorang putri Empu Saswir saat lunching dan perkenalan Empu Karawitan Karya dan Pengabdiannnya, yang berlangsung di Komplek Tamansiswa, Yogyakarta.
Menurutnya, Filososfi adiluhung karawitan/gamelan ini diangkat oleh HB I untuk memotivasi rakyat melawan penjajahan Belanda. Filosofi itu kemudian yang ditanamkan di kalangan murid-muridnya. Di samping itu, Romo Saswir juga banyak belajar dari KRT Poerwonegoro, tentang nyawiji,greget, sengguh ora mingkuh .
Nyawidi yang bermakna adalah menyatu, mantap dengan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya.Greget yang bermakna bersemangat menghayati, serta menjiwai pada tugas yang diembannnya.
Sengguh yang bermakna percaya diri, mantap konsekuen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, ora mingkuh adalah tidak ingkar kepada tugas yang diembanya.” Bapak banyak belajardan terus berlatih karawitan lengkap dan vocal kepada Bapak Darso Pringgobroto yang kemudian beliau sebagai guru tari, sedangkan bapak Hardono sebagai penari,” ungkap putri Romo Saswir.
Romo Saswir, mewarisi jiwa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara, yakni sebagai pemimpin hendaknya mampu memberi semangat dan motivasi, melaksanakan tugas dan tanggung jawab, mengawasi,mendampingi dan membetulkan kesalahan yang dipimpin, Romo Saswir dikenal sebagai sosok yang merdeka penuh percaya diri dan bertanggngjawab.
Di samping itu, Romo Saswir menauladani ajaran Ki Hajar Dewantara dimana pamong (guru ) mendidik anak tidak dengan cara yang keras kaku, memaksa namun lebih ke arah pendampingan penuh kasih sayang agar anak berkembang seoptimal mungkin,merdeka.
mandiri dan bertanggung jawab. Ki Wirya Sastrowiryono berhasil menciptakan Mahakarya, yakni Tari Bedaya, lahirnya Tamansiswa bersama Ki Sudarso Pringgobroto dan Ki Hadi Sukatno, yang dipentaskan dalam penutupan Kongres Tamansiswa tahun 1952. Gending berbentuk Potpouri Pancaroba terdiri dari 4 lagu yang menggambarkan bangsa Indonesi pad jaman keagungannya,kesengsaraan di bawah penjajah, revolusi kemerdekaan .
Si jujur hancur si serakah mewah, dengan persatuan menuja negara adil dan makmur, dan mendapat penghargaan sebagai empu Karawitan dari SMKI Yogyakarta dan rekomendasi Menteri Pendidikan Republik Indonesia. Isan