INILAH SABDA JEJERING RAJA.
Rabu, 6 Januari 2016 | 11:06 WIBYOGYAKARTA-PASTVNEWS.COM, KALI ini ancaman Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sultan Hamengku Buwono IX benar-benar menjadi kenyataan setelah di akhir tahun 2015 yang lalu mengeluarkan Sabda Jejering Raja.
Yang isinya menegaskan akan mencopot abdi dalem , sentono dalem dari kedudukannya mencabut “kelenggahan” jika mlakukan perlawana dan mengusir dari bumi Mataram. Pernyataan yang dikeluarkan, Raja Jogya bukannya meredam konflik intern yang terjadi selama ini.
Isi lengkap “ Sabda Jejering Raja sbb : Ingsun manut karo dawuhe Gusti Allah, Manut karo dawuhe Romo lan leluhur. Sing ngganti Ingsun dudu keturunan liyo. Abdi dalem, sentono dalem rayi dalem sing nerak dawuh iki arep tak copot soko kelenggahane, kudu meto sokobumi Mataram.
Dari catatan, Pastvnews, Sabda Jejering Raja, merupakan pernyataan yang kelima kali, setelah sebelumnya menimbulkan pro kontra di kalangan intern Keraton. Kali pertama Raja Yogyakarta itu, mengeluarkan pernyataan yang kemudian dikenal dengan Sabda Tama. Sabda Tama ini merupakan jawaban ketidak selesainya pembahasan.
Sabda tama sebagai sikap Gubenur tidak selesainya RUUK , kemudian lahirlah No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Sejak diberlakukan undang-undang keistimewaan, Sabda tama yang dikeluarkan sudah lima kali, meski diintern keraton masih terjadi konflik kecil. Sabda tama , Sultan, yang berisikan, “ bunyi lengkapnya sbb :
Ingsun Kang Jumeneng Nata Mataram medarake Sabda :
Dene Kraton Ngayogyakarta saha Kadipaten Paku Alaman iku, loro-loroning atunggal.
Mataram iku Negeri kang merdikalan ndawuhi paugeran lan tata kaprajan dewe.
Kaya kang dikersaake lan dikaperangake, Mataram ngesuhi Nuswantara, nyengkuyung jejeging negara, nanging tetep ngagem paugeran lan tata kaprajan dewe.
Kang mangkana iku kaya kang dikersake , Sultan Hamengku Buwono sarta Adipati Paku Alam kang jumeneng , ketetepake jejering Gubernur lan Wakil Gubernur.
Ngayogyakarta, Suryo kaping 10 Mei 2012 Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pada intinya, sebagai Raja Mataram Sultan menyatakan Keraton Yogyakarta, dan Kadipaten Pakualaman, adalah dwi tunggal. Mataram merupakan negeri merdeka dan memiliki tata hukum dan tata negara sendiri. Seperti yang dikehendaki Sultan Hamengku Buwono X dan Adipati Paku Alam yang bertahta, ditetapkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur.
Sabda Tama yang berisikan tentang pengisian jabatan Gubernur dan wakil gubernur adalah dari kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono yang bertahta Raja sebagai calon Gubernur DIY dan dari Kadipaten Pakualaman yang dipimpin oleh Adipati Paku Alam yang bertahta sebagai calon Wakil Gubenur DIY.
Jabatan Gubernur dan wakil gubernur otomatis melekat dengan jabatan Raja Kasultanan dan Adipati Pakualaman.
Untuk ke tiga kalinya, Sultan mengeluarkan Sabda Jejering Raja ( 31/12), Sedangkan Sabdotomo Jumat (6/3/15), Sabdaraja juga dikeluarkan beberapa waktu lalu. Sehingga menimbulkan bara api di lingkup keraton mulai membara.Pasalnya di penghujung akhir tahun 2015,
Raja Yogyakarta mengeluarkan Sabda Jejaring Raja, yang berlangsung di Siti Hinggil, Alun-alun, Yogyakarta. Meski tanpa dihadiri rayi dalem dan sentana dalem. Hanya Sultan dan permaisuri beserta putrid-putri Sultan.
Adapun isi Sabda Jejering Raja sbb : Ingsun manut karo dawuhe Gusti Allah, Manut karo dawuhe Romo lan leluhur. Sing ngganti Ingsun dudu keturunan liyo. Abdi dalem, sentono dalem rayi dalem sing nerak dawuh iki arep tak copot soko kelenggahane, kudu metu seko bumi Mataram.,
Sabda berintikan memperingatkan semua kerabat keraton termasuk rayi-rayi dalem untuk tidak memberikan komentar terkait proses suksesi Raja Keraton Yogyakarta.Agar semua kawulo yang ada di Mataram untuk setia dan patuh, bagi yang melanggar akan dicopot kedudukan sebagai abdi dalem atau kelenggahan dan diharuskan keluar dari Tanah Mataram.
Dengan dikeluarkan, Jejering Raja, rayi dalem memilih untuk tidak hadir, termasuk GBPH Prabukusmo, GBPH Yudhaningrat, karena memang tidak diundang.” Ya saya diundang untuk mengenakan pakaian peranakan. Karena yang mengundang Bawono, saya nggak kenal Bawono yang saya kenal Buwono saya tiak datang .”ungkap Gusti Yudha sambil mempersilahkan menilai sejak beberapa hari di Yogyakarta cuaca gerah dan panas.
Meski Gusti Yudha tidak hadir dalam pertemuan, namun ketika mencermati Sabda Jejering Raja, pada point ketiga, jika tidak mentaati akan dicopot kelenggahannya, point empat, abdi dalem yang akan dikeluarkan dari Bumi Mataram. “ Yang dianggap Bumi Mataram oleh Pak Bawono itu yang mana, Bumi Mataram sudah dibagi dua Keraton Yogyakarta dan Solo dan sebagian sudah milik Pemerintah RI.” Jelasnya.
Lain halnya yang dialami, KRT Jatiningrat atau akrab disapa Romo Tirun mengaku dirinya tidak mendapat undangan. “Saya juga heran, ada apa ya ada pertemuan yang digelar ditutupi, sehinggga tidak semua mendapat undangan. Modele misterius “ ungkapnya. isan
Video Terkait
- GOA SELARONG MELEGENDA SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH GENERASI LAMA DAN SEKARANG
- Mengenal Lebih Dekat K.G.P.A.A. PAKU ALAM X 2016
- GUBERNUR DIY RESMIKAN,PERPUSTAKAAN GRHATAMA PUSTAKA
- “PANDAWA LIMA” BENGKEL KERETA 'DIPERCAYA PERBAIKI KERETA KENCANA JUMENENGAN PAKU ALAM X
- Desa wisata Pucung Rejo Wukirsari Imogiri Buka Paket Wisata Study Pengenalan Dalang Cilik