Kembali Ke Index Video


INILAH SABDA JEJERING RAJA.

Rabu, 6 Januari 2016 | 11:06 WIB
Dibaca: 2774
INILAH SABDA JEJERING RAJA.
DOK ILUSTRASI 'ADDI DALEM KRATON JOGJAKARTA

YOGYAKARTA-PASTVNEWS.COM, KALI ini ancaman Raja  Ngayogyakarta  Hadiningrat,  Sultan Hamengku Buwono IX benar-benar menjadi kenyataan setelah di akhir tahun 2015 yang lalu mengeluarkan Sabda Jejering Raja.

Yang isinya   menegaskan akan  mencopot abdi dalem , sentono dalem  dari kedudukannya mencabut “kelenggahan” jika  mlakukan perlawana dan  mengusir  dari bumi Mataram.  Pernyataan yang dikeluarkan, Raja  Jogya bukannya meredam konflik intern  yang terjadi selama ini.

Isi lengkap “  Sabda Jejering  Raja sbb : Ingsun manut karo  dawuhe Gusti Allah, Manut karo dawuhe Romo  lan leluhur. Sing ngganti Ingsun  dudu  keturunan  liyo. Abdi dalem,  sentono dalem rayi dalem sing  nerak  dawuh  iki  arep tak  copot soko  kelenggahane, kudu meto sokobumi Mataram.

Dari catatan, Pastvnews,  Sabda Jejering Raja,  merupakan pernyataan yang kelima kali, setelah sebelumnya menimbulkan pro kontra  di kalangan intern Keraton. Kali pertama Raja   Yogyakarta itu, mengeluarkan pernyataan yang kemudian dikenal dengan Sabda Tama. Sabda Tama ini merupakan jawaban ketidak  selesainya pembahasan.

Sabda tama sebagai sikap Gubenur tidak selesainya  RUUK , kemudian   lahirlah No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan  DIY. Sejak diberlakukan undang-undang keistimewaan, Sabda tama yang dikeluarkan sudah  lima kali, meski diintern  keraton  masih terjadi konflik kecil.  Sabda tama , Sultan, yang berisikan, “  bunyi lengkapnya  sbb : 

Ingsun Kang  Jumeneng Nata Mataram medarake Sabda :

Dene Kraton  Ngayogyakarta saha  Kadipaten  Paku Alaman  iku, loro-loroning atunggal.

Mataram  iku Negeri kang  merdikalan  ndawuhi paugeran  lan  tata  kaprajan  dewe.

Kaya  kang  dikersaake lan dikaperangake, Mataram   ngesuhi Nuswantara,  nyengkuyung jejeging negara, nanging  tetep  ngagem paugeran  lan tata  kaprajan  dewe.

Kang mangkana iku kaya  kang dikersake , Sultan  Hamengku  Buwono  sarta  Adipati Paku Alam kang  jumeneng ,  ketetepake  jejering Gubernur  lan Wakil  Gubernur.

Ngayogyakarta, Suryo  kaping 10  Mei  2012 Sri Sultan  Hamengku  Buwono  X.

Pada intinya, sebagai  Raja Mataram  Sultan menyatakan  Keraton Yogyakarta, dan Kadipaten  Pakualaman,  adalah dwi tunggal. Mataram merupakan negeri merdeka  dan memiliki tata hukum dan tata  negara sendiri. Seperti yang dikehendaki Sultan  Hamengku Buwono X dan Adipati Paku Alam yang bertahta, ditetapkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur.

Sabda  Tama yang berisikan tentang pengisian  jabatan Gubernur  dan wakil gubernur  adalah  dari kasultanan  Ngayogyakarta  Hadiningrat yang dipimpin oleh Sultan  Hamengku Buwono yang bertahta Raja sebagai calon Gubernur DIY dan dari Kadipaten  Pakualaman  yang dipimpin  oleh Adipati  Paku Alam yang bertahta sebagai  calon  Wakil Gubenur DIY.

Jabatan Gubernur dan wakil gubernur  otomatis melekat dengan  jabatan Raja Kasultanan  dan  Adipati  Pakualaman. 

Untuk ke tiga kalinya,  Sultan  mengeluarkan  Sabda Jejering  Raja  ( 31/12),  Sedangkan Sabdotomo Jumat (6/3/15), Sabdaraja juga dikeluarkan beberapa  waktu lalu. Sehingga menimbulkan bara api di lingkup keraton mulai membara.Pasalnya di penghujung akhir tahun 2015, 

Raja  Yogyakarta mengeluarkan  Sabda Jejaring  Raja, yang berlangsung di  Siti Hinggil, Alun-alun, Yogyakarta. Meski tanpa dihadiri rayi dalem dan sentana dalem. Hanya  Sultan  dan permaisuri beserta putrid-putri Sultan.

 Adapun isi  Sabda Jejering  Raja sbb : Ingsun manut karo  dawuhe Gusti Allah, Manut karo dawuhe Romo  lan leluhur. Sing ngganti Ingsun  dudu  keturunan  liyo. Abdi dalem,  sentono dalem rayi dalem sing  nerak  dawuh  iki  arep tak  copot soko  kelenggahane, kudu  metu seko bumi  Mataram.,

Sabda  berintikan memperingatkan semua  kerabat  keraton termasuk rayi-rayi dalem  untuk tidak  memberikan komentar  terkait proses  suksesi  Raja  Keraton  Yogyakarta.Agar  semua kawulo   yang ada di  Mataram  untuk setia dan patuh,  bagi yang melanggar akan dicopot  kedudukan sebagai abdi dalem atau kelenggahan dan  diharuskan keluar dari Tanah  Mataram.

 

Dengan dikeluarkan, Jejering Raja,  rayi dalem memilih untuk tidak hadir, termasuk GBPH Prabukusmo, GBPH  Yudhaningrat,   karena memang tidak  diundang.” Ya  saya  diundang untuk mengenakan pakaian peranakan. Karena  yang mengundang  Bawono,  saya  nggak kenal Bawono yang saya  kenal Buwono saya  tiak datang .”ungkap Gusti Yudha sambil mempersilahkan menilai sejak beberapa hari  di Yogyakarta   cuaca gerah dan panas.

 

Meski Gusti Yudha tidak hadir  dalam pertemuan, namun  ketika mencermati  Sabda Jejering Raja,  pada point ketiga, jika tidak mentaati  akan dicopot kelenggahannya, point empat,  abdi dalem yang akan dikeluarkan dari Bumi Mataram. “ Yang  dianggap Bumi Mataram oleh Pak Bawono itu yang mana,  Bumi Mataram  sudah dibagi  dua Keraton  Yogyakarta dan Solo dan sebagian sudah   milik  Pemerintah RI.”  Jelasnya.

 Lain halnya yang dialami, KRT Jatiningrat atau akrab disapa  Romo Tirun mengaku dirinya tidak mendapat undangan. “Saya juga heran, ada apa ya  ada pertemuan yang digelar ditutupi, sehinggga tidak semua mendapat undangan. Modele  misterius “ ungkapnya. isan      




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi