Kembali Ke Index Video


Serbuan Batik Printing Dari Luar, Batik Walang Produk Tancep Anjlok

Jumat, 16 Desember 2016 | 21:31 WIB
Dibaca: 2323
Serbuan Batik Printing Dari Luar, Batik Walang Produk Tancep Anjlok
KARYA BATIK TANCEP GUNUNGKIDUL

Ngawen, (Pastvnews.com) - Batik sekar jagad Gunungkidul, Walang Sinanding jati, dan Walang jati kencono,  itulah tema dasar yang diusung sentra industri batik yang berada di Dusun Sumberan, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul.

 Batik hasil karya Mas Daru dibantu istrinya, memang sangat terlihat warna-warna alami yang digoreskan pada hasil industri rumah tangga tersebut. Selain warna-warna dengan bahan pewarna getah berbagai buah dan tumbuhan, juga pewarna kimia, terlihat motif batik yang dihasilkan memang khas. kalau Jumlah produksi batik tulis memang masih terbatas, karena ia memang menekuni proses produksi batik secara tradisional, kata Widyaningrum, istri Daru, beberapa waktu yang lalu.

 Harganyapun kalau batik tulis, lanjut Widyaningrum,  satu lembar kain batik berkisar antara 600 ribu rupiah sampai dengan 2 juta rupiah, bergantung kepada desain, kerumitan pengerjaan dan jumlah seri produksi yang terbatas.

“ya, memang mahal kalau batik tulis, kisaran Rp.600 ribu sampai Rp.2 juta rupiah,  tergantung desain, kerumitan dan pengerjaannya,”jelasnya. Dulu Sentra industri Batik Tancep bisa  mengerjakan produksi massal pesanan dari Pemkab Gunungkidul. Yaitu batik untuk seragam khas Gunungkidul, yang dikenal sebagai "Batik Walang". Produksi massal dilakukan dengan  batik cap-capan.

Tetapi sudah sekitar 3 tahun terakhir ini penjualan sangat menurun bahkan sampai 60% penurunanya dibandingkan sebelumnya. Menurut Widyaningrum ini disebabkan oleh serbuan batik walang printing yang berasal dari luar Gunungkidul.

“ya, karena serbuan batik printing dari luar Gunungkidul itulah batik walang dari Tancep bisa turun hingga 60% pemasarannya, harga  batik printing dari luar lebih murah dibanding batik cap-capan dari Tancep,” masih kata Widyaningrum.

Kalau boleh kita menggunakan printing, lanjutnya, sebenarnya kita juga bisa lebih murah harganya dari pada batik printing yang dari luar itu, tetapi kita tetap komitmen dan bertanggung jawab untuk menggunakan batik cap.

“Kita kalau diperbolehkan menggunakan printing, sebenarnya hanya lebih murah dengan batik printing yang dari luar, tetapi kita tetap komitmen dan bertanggungjawab untuk selalu menggunakan batik cap,” imbuh Ibu 2 putra ini.

Dinas-dinaspun sekarang banyak yang sudah mengambil batik printing yang dari luar tersebut, karena mereka tidak bisa membedakan antara batik printing dengan batik cap.

Ia berharap ada solusi dari pemerintah supaya ada pemahaman antara batik printing dengan batik cap, sehingga masyarakat tidak merasa dikelabuhi dan ia berharap supaya pengkab Gunungkidul masih mau menggunakan produk hasil karya warga Gunungkidul sendiri.

Bupati Gunungkidul, H. Badingah, S.Sos, ketika dikonfirmasi masalah penurunan penjualan produk batik tancep, mengatakan, masyarakat belum bisa membedakan antara batik printing dan batik cap, dalam hal ini perlu sosialisasi kepada masyarakat.

“Masyarakat belum tahu antara batik printing dan batik cap, ini perlu sosialisasi  kepada masyarakat, ini lho yang batik printing dan batik cap,”ujar Badingah, Jum’at, 16/12/2016 siang.

Sebenarnya, lanjut Badingah, sudah disuport, bagaimana caranya supaya batik bisa berkembang, setelah batik digunakan untuk  seragam sekolah dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu sudah sangat luar biasa. Kalau sekarang jadi menurun pemasaranya, pengusaha batik juga harus instrospeksi dan berupaya bagaimana bisa berkembang, dengan promosi, pemasaran termasuk membangun jaringan.

“Kalau sekarang pemasaranya menurun, pengusaha batik juga harus istruspeksi dan berupaya bagaimana bisa berkembang, dengan promosi, pemasaran, termasuk membangun jaringan,” imbuh Badingah.

Terkait dengan dinas-dinas yang sudah tidak memesan batik walang yang dari tancep, malah memilih batik printing yang dari luar Gunungkidul, Badingah mengatakan, kalau masalah itu bisa diarahkan, tetapi pengusaha sendiri juga jangan sampai mematok harga yang terlalu tinggi.

“ya kalau teman-teman nanti bisa kita arahkan, tetapi pengusaha sendiri  juga jangan sampai mematok harga yang terlalu tinggi,” pungkasnya. W. Joko Narendro

 




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi