Pitutur Luhur Sang Kades, Simbol Tiga Pohon
Rabu, 14 Desember 2016 | 06:23 WIBPonjong (Pastvews.com) - Pitutur luhur merupakan upaya pelestarian budaya bangsa yang sangat luhur, yang juga sebagai perwujudan penghargaan terhadap nenek moyang yang telah mewariskan budaya yang luhur tersebut.
Pitutur luhur berisi nasehat, ajaran yang baik untuk kehidupan manusia sehingga dapat dijadikan pendukung materi pembangunan kebudayaan yang membangun peradaban bangsa.
Seperti pitutur yang disampaikan oleh Kepala Desa Sumbergiri, Suharjono, dalam sambutannya pada saat pelantikan perangkat Desa Sumbergiri, Selasa, 13/12/2016.
Dalam memberikan sambutannya Suharjono menggunakan pitutur luhur yang menggunakan symbol tiga pohon dan daun, pohon turi, pohon dadap srep, dan pohon beringin. Diharapkan perangkat yang terlantik yang menduduki jabatannya masing-masing bisa mengunakan symbol tiga pohon dan daun tersebut.
“Sebagai perangkat desa harus bisa menggunakan symbol tiga pohon yaitu pohon turi, dadap srep dan pohon beringin, dalam mengemban tugas di masyarakat,” tutur Suharjono.
Pohon turi, lanjut Suharjono, mengandung makna, sebagai perangkat desa harus bisa menuturi dan dituturi untuk pelayanan kepada masyarakat. Sehingga aspirasi apapun dari warga demi untuk kemajuan masyarakat harus bisa ditampung dan di hargai sebagai bentuk bahwa perangkat itu mau untuk dituturi.
Kalau dadap srep, masih kata Suharjono, mengandung makna, perangkat desa harus bisa mendinginkan suasana apabila masyarakat dalam keadaan situasi yang panas, karena daun dadap srep sendiri bisa digunakan oleh orang dulu apabila punya anak yang panas diobati hanya dengan dadap srep.
“Karena dadap srep itu sendiri sifatnya mendinginkan, kalau jaman dulu anak panas hanya ditempeli dengan dadap srep supaya dingin, jadi sebagai perangkat juga harus bisa menggunakan symbol seperti dadap srep, bisa mendinginkan,” katanya.
Kemudian pohon beringin, pohon beringin itu rindang, seorang perangkat desa harus bisa melindungi, memayungi dan mengayomi masyarakat disaat memerlukan perlindungan dan butuh pengayoman.
“Pohon bringin yang rindang menggambarkan seorang perangkat desa harus bisa melindungi, memayungi dan mengayomi masyarakat disaat memerlukan perlindungan dan butuh pengayoman,”imbuhnya.
Kalau perangkat desa bisa menggunakan tiga symbol pohon dan daun tadi, insya Alloh kesejahteraan masyarakat bisa tercapai, pungkasnya.
Filosofi tentang pitutur (nasehat) luhur tadi untuk menyibak makna yang terkandung didalamnya. Untuk bagaimana mengarungi samudra kehidupan sebagai pemimpin agar selamat hingga pelabuhan akhirat, masyarakatnya bisa ayom, ayem, tentrem kertoraharjo. W. Joko Narendro.
Video Terkait
- Taman Pintar Dan Sari Husada Gelas Aksi Donor Darah
- Trans Home Sediakan Granit Terbesar dan Siap Manjakan Konsumen
- Memprihatinkan Mbah Tunem Tinggal Di Gubuk Reot Hampir Roboh Siapa Yang Peduli ?
- Cakra Kembang Karta Bumi Gunungkidul Sabet Juara III Piala Wakil Gubernur dan Wali Kota Yogya
- Ribuan Warga Jogja Teguhkan NKRI
- Lotek gedongkuning sehat dan alami lestarikan menu nostalgia
- Inilah Tips Mencegahan Korupsi Di Gunungkidul
- Hari Anti Korupsi Sedunia Momen Penting Untuk Introspeksi