BERANI TANAM TEMBAKAU, BERANI RESIKO
Rabu, 20 Juli 2016 | 06:55 WIBMedia pastvnews.com, Warta pertanian, pasca panen padi, sebagian besar petani tadah hujan di Gunungkidul umumnya pada menanam palawija, berupa kacang, kedelai, jagung, atau jenis tanaman sayur. Dibeberapa wilayah ternyata tidak demikian, sebagian petani lebih memilih menanam tanaman tembakau beragam varitas atau jenis lain dengan mempertimbangkan keuntungan hasilnya.
Seperti yang dilakukan Endi Widayatna, warga Padukuhan Pampang 1, Desa Pampang, Kecamatan Paliyan ini, selepas panen padi ia lebih memilih menanam tembakau di lahan pertaniannya. “Untuk yang berani bertaruh resiko lebih besar lebih memilih menanam tembakau,” katanya, Sabtu, (17/7/2016).
Sebab, lanjut dia, tanaman tembakau sangat tergantung dengan cuaca, apabila tanaman telah cukup umur atau sedang menunggu waktu panen, apabila terkena intensitas curah hujan tinggi dapat mengakibatkan gagal panen.
Modal dan operasional yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan menanam palawija atau tanaman lain juga menjadi penentu apakah petani berminat menanam atau tidak. Petani tembakau dengan kondisi ekonomi atau modal terbatas biasanya saat proses penanaman dikerjakan secara sendiri tanpa menambah tenaga penggarap, sehingga banyak diantara penanam tembakau ini apabila dilihat dari segi umur rata-rata mereka belum terlalu tua.
Menanam tembakau keuntungannya sebanding denga resiko naMun jika lagi mujur maka petani bisa untung besar, sebagai contoh perbedaan hasilnya Endi gambarkan, pada lahan yang sama dengan rata-rata hasil terbaik pada masing-masing tanaman, hasil tembakau memberikan hasil dua kali lipat lebih tinggi.
“Pernah menanam semangka dan cabai pada lahan seluas 1000 meter persegi, hasilnya saya bandingkan dengan tanaman tembakau, meski masa panen relatih lebih lama dengan beberapa jenis tanaman lain, hasilnya lebih menguntungkan tembakau,” ulas pengurus Kelompok Tembakau Rasa Padukuhan Pampang ini.
Waktu panen, sambungnya, hingga mencapai empat bulan, lebih lama dengan beberapa jenis tanaman pilihan yang biasa ditanam setelah masa panen padi habis. Begitu juga dengan tahun ini, ia kembali menanam tembakau, meski bertaruh dengan adanya prediksi terjadinya musim kemarau basah.
“Bersyukur, musim panen tembakau kali ini, 20 persen saja tanaman kami yang rusak,” dengan demikian tentu jika rusak rusaknya sedikit bisa menjadi keuntungan juga 'ujar Endi. WJN
Video Terkait
- WARGA KATONGAN BERTEKAD IKUT LOMBA WANA LESTARI TINGKAT NASIONAL
- Kontingen “Kudho Wiromo” asal Berbah Terbaik dalam Festival Jathilan
- Pembangunan desa dengan anggaran Dana Desa
- TENTANG IBNU ABBAS, BEGINI KOMENTAR KEPALA DIKMAD GUNUNGKIDUL
- Dana Pembangunan Desa Cair Tapi Dana Pembangunan Untuk Kalurahan Nihil Membuat Cemburu ?
- Syawalan dan Pentas Seni Padukuhan Gagan Meriah ' Reog Nawangsih Ngorbit