GELAR RITUAL MUSIK MANTRA CAKRA MANGGILINGAN PANGRUWATING DIYU
Kamis, 6 Agustus 2015 | 16:36 WIB
SLEMAN-MEDIA PASTVNEWS.COM, LANTUNAN tembang Jawa itu mengawali Gelar Ritual Musik Mantra Pangruwating Diyu, sesekali aroma dupa,kemenyan menambah suasana mencekam, hening , sepi dan magis.
Itulah kesan ketika ritual berlangsung di Omah Petroek, Karang Klethak, Wonorejo,Hargobinangun,Pakem Sleman Kamis pekan lalu (2 Juli 2015)
Musik mantra sebagai pengiring ritual, yang teksnya disajikan oleh Joko Santosa, ini menambah suasana makin masuk ke alam bawah sadar, gelap, sepi.
Alam bawah sadar mengingatkan akan, makna cakra manggilingan, nasib manusia adalah berguling dan berputar bagaikan roda kehidupan, kadang di atas kadang dibawah.
Karena cakra manggilingan juga menjadi sebuah amsal moral, kalau sedang disiram kemuliaan, jangan pongah, siapa tahu suatu saat akan berubah, dan akan digilas oleh roda kemalangan.
Sebaliknya jika sedang berada dalam jurang kenistaan janganlah hilang harapan, karena sewaktu-waktu kemuliaan akan datang.
Menurutnya, cakra manggilingan sebagai suatu perjalanan pembebasan dari paksaan nafsu dan kewatakan raksasa, yang selalu membelenggu manusia dalam setiap fase hidupnya.
Mulai dari kandungan ibu, lahir, menjadi anak-anak dan dewasa, hingga menjelang maut menjemputnya,manusia selalu terkurung dari nafsu dan watak keraksasaannya. Karena itu manusia harus diruwat dan meruwat dirinya terus menerus, mulai saat kumambang dalam goa garba sang ibu, kemudian mijil menjadi bayi sampai menjelang di pocong ke liang kubur.
Sementara music mantra yang mengiringinya, adalah semacam sarana untuk pangruwat. Karena itu, music mantra ini hanya akan terasa dayanya yang menyucikan dan membebaskan, bila orang mau merasakan dan meresapi dalam keheningan,kesunyian dan ketafakuran.
Dari ritual dengan label Musik Mantra Pangruwating Diyu, kita berharap Nusantara bisa terbebas dari Diyu, yakni raksasa gigantik – dapat berwujud koruptor, yang skala korupsinya juga gigantic para pemilik kartel Narkoba, dan tidak kalah pentingnya adalah “ Diyu” yang bersemayam di lubuk hati kita paralel dengan nafsu purbawi.
Kami berharap lewat musik Mantra ini bisa “meruwat nusantara” baik sosiologis maupun kosmopolis. Setidaknya lewat musik Mantra dapat “ ruwat nasuha” yang targetnya demi kemaslahatan umat.” tandas Joko.
Sedangkan, Pardiman dalam kesempatan terpisah,menyatakan, jauh dalam lubuk hati paling dalam,bangsa, budaya dan alam Indonesia bangsa kita adalah hebat.
Tapi mengapa kita malu malu dan melupakan kehebatan Indonesia. Apa benar kehebatan candi Borobudur,Parmbanan, sebagaia mahakarya dan mencerminkan bahwa nenekmoyang kita bukan bangsa rendahan, bukan bangsa yang “mbyeh-mbyeh, tetapi bangsa yang punya martabat dan selera tinggi,cermat .
Hadir dalam Gelar Ritul Musik Mantra di antara Budiman Sujatmiko dan pemuka agama,tokoh masyarakat lainnya, dan para tamu undangan. Sedangkan pendukung Gelar Ritual Musik Mantra Pangruwating Diyu, Komposer Pardiman Djoyonegoro, lirik Mantra : Joko Santosa, Tubuh Mantra : Anter Asmorotedjo. Vokalis, Fransisca Lana Daruningtyas. Desti, Siswati, Areksi Wano Setyo Pangaribowo.Didukung karawitan Emperan Kahyangan. san

Video Terkait
- MOS dan Asuransi SMKN 1 Nglipar Jadi Gunjingan Publik "Boro-Boro Diberi Snack, Air Aja Gak Dikasih " Makan Hanya Ikan Asin !
- SMKN Nglipar Gunungkidul Kuat Dugaan Melakukan Pungutan Seragam Tidak Wajar ?