Kembali Ke Index Video


Tak Mau Bertompang Dagu Sartini Karangmojo Sukses Bersama Ibu-Ibu Menekuni Usaha Kreatif Di Lingkungan Pedesaan

Jumat, 2 Desember 2016 | 19:40 WIB
Dibaca: 1501
Tak Mau Bertompang Dagu Sartini Karangmojo Sukses Bersama Ibu-Ibu Menekuni Usaha Kreatif Di Lingkungan Pedesaan
BERDAYAKAN KAUM IBU SARTINI MERAIH PENGHASILAN YANG LUMAYAN KINI TAK LAGI MENGGANTUNGKAN PENGHASILAN DARI SUAMI

Karangmojo, (Pastvnews.com) -Tak ada seorangpun manusia yang bercita-cita hidup apa adanya, segala daya dan upaya dilakukan demi sebuah kata "sejahtera". Ada dua cara yang bisa di coba untuk hidup sejahtera yaitu menerima pekerjaan freelance atau membuka usaha

Jangan berfikir kita tak mampu menjalani kedua pilihan tersebut, karena ketika niat untuk "sejahtera" sudah bulat sesungguhnya akan ada banyak jalan untuk menggapainya cita-cita pilihan membuka usaha  adalah pilihan paling jitu untuk menjadi jutawan. Di dunia usaha terkadang usha bersekala kecil kerap di sepelekan, tetapi sebenarnya bisa saja yang di anggap remeh justru menjadi peluang yang menjanjikan.

Seperti yang sudah dijalankan oleh Ibu Sartini bersama suaminya Wahyudiyanto ini, diri tak mau bertompang dagu, bahkan terus berfikir dan berupaya mencurahkan pikiran, tenaga, dan keahlian untuk orang lain, pada waktu itu ikut kakaknya membuat kerajinan tutup lampu, ia memilih mencoba mandiri menjadi seorang yang tahan banting dengan berbagai ujian dalam usahanya membuat kerajinan standing lampu, standing Flower, ukiran spon sampai property dekorasi dan pelaminan minimalis.

Penuturan kepada awak media pastvnews.com, Ibu dari 3 anak ini pernah menjadi kenek bangunan disaat suaminya bekerja mengecat bangunan gedung, kemudian   mampu bangkit dari keterpurukan bahkan saat ini dia bisa  mempekerjakan puluhan karyawan dirumahnya ada yang  ibu rumah tangga dan ada yang masih lajang.

Mereka memberdayakan para ibu-ibu untuk memproduksi usaha kreatif yang digelutinya selama ini.

Mengawali karir sebagai pekerja, kini Sartini dan suaminya menjadi seorang pengusaha, hal itu setidaknya tampak dalam keseharian yang terjadi di rumahnya. Selain sebagai tempat berkumpulnya ibu-ibu dan perempuan yang baru lulus sekolah, rumah Ibu Sartini berubah menjadi workshop produk kerajinan kreatif yang bekerja membentuk rantai produksi.

”Mayoritas memang perempuan, yang disini rata-rata masih lajang malah ada yang keluar bekerja dari toko masuk disini, karena penghasilanya lumayan, kalau ibu-ibu kerjanya borongan, jadi bisa dikerjakan dirumahnya. Saya menggandeng mereka untuk memproduksi usaha saya. Syukur-syukur bisa menjadi penghasilan tambahan bagi keluarga mereka,” ujar ibu yang mulai merintis usaha sejak 3tahun yang lalu.

Berbekal nekat dan modal dengkul, kata Ibu Sartini, ia berusaha sebisa mungkin sehingga mampu memproduksi berbagai kerajinan dari bunga, pernak-pernik lampu sampai dekorasi pelaminan. “ya, dulu saya dan suami hanya modal nekat dan modal dengkul, tetapi setelah mengajak tetangga yang bisa mengelas, sehingga dari situ kita bisa berjalan sampai sekarang,” tutur Sartini, Jum’at, 02/11/2016.

Ia belajar membuat berbagai kerajinan termasuk kreasi pelaminan hanya otodidak, pada saat ada pesanan pelaminan, iapun harus putar otak untuk bisa membuatnya.

“pada saat ada pesenan pelaminan, saya juga bingung, pelaminan itu apa, belum tahu,”katanya.

Tetapi karena suaminya sering kirim barang ke Jakarta, maka ia berusaha belajar dengan yang membuat dekor pelaminan, sehingga bisa dikembangkan sampai saat ini.

 Setelah memiliki jejaring yang cukup kuat, memasarkan hasil karyanya sudah sampai ke luar jawa, seperti Batam, Kalimantan, bahkan sampai ke Irian Jaya dan  kebetulan saja reaksi pasar ternyata cukup mendukung, masih kata Ibu Sartini.

 Dari situ, terbesit dalam benaknya untuk mengembangkan potensi ibu-ibu tetangganya. Seiring bertambahnya pesanan produk ia tak segan menularkan keterampilannya kepada siapapun yang mau belajar. Dari situlah usaha yang dirintisnya berkembang.

Setiap hari karyawan digaji antara R.50 ribu sampi Rp. 70 ribu, ini sangat membantu sekali untuk menambah penghasilan bagi pekerja ibu-ibu ataupun yang masih lajang, karena dibandingkan dengan bekerja di toko atau swalayan, penghasilan bekerja disini sudah cukup lumayan.

Melihat geliat usaha kreatifnya yang semakin mapan Ibu Sartini tergerak untuk menambah tempat untuk produksi kerajinannya.  Dengan bahan karet spon, untuk dekorasi pelaminan setiap set produk dijual paling murah Rp. 7 -8 juta tetepi itu juga tergantung ukuran dan kesulitan pengerjaanya, yang  mahal bisa sampai Rp.30juta satu set.

Menurutnya, Omzet tidak bisa dipastikan karena naik turun, kalau lagi sepi hanya mencapai Jutaan saja tetapi jika lagi mujur bisa beromzet Rp 20 juta kotor, untuk persatu kali pengiriman,” Hasil itupun tak lantas membuatnya  cepat berpuas diri. Dia bertekad terus berkreasi mengembangkan usahanya. Meski saat ini masih tergolong usaha rumahan ia mengaku dapat mengejar mimpi  dan bisa memberdayakan perempuan khususnya ibu-ibu dilingkungan tempat tinggalnya.

Seiring dengan perkembangan kini usaha yang dulu di awali sudah mampu menampung para ibu ibu untuk mengerjakan apa yang dulunya saya rintis, wal hasil telah sedikit menambah penghasilan  dan kendilpun tidak nggoling ”pungkasnya. ‘Joko Narendro




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi