Tradisi tolak bala gunung gamping sebelih sepasang bekakak
Kamis, 3 Desember 2015 | 07:28 WIBGamping Sleman –pastvnews.com, Ribuan manusia berebut potongan tubuh sepasang boneka pengantin yang dibuat dari beras ketan dan juruh (siup gula merah).
Mereka mengharap berkah dari penyembelihan Bekakak, sepasang boneka pengantin itu, dengan menyembelih Bekakak, ,mereka beharap dapat menghilangkan sengakala di sekitar Gunung Gamping, Ambarketawang, Sleman, DI Yogyakarta.
Upacara penyembelihan Bekakak, tersebut dilakukan di atasa bangunan setinggi 5 meter tidak jauh darilokasi situs purbakal Gunung Gamping, Ambarketawang. Tepatnya Jumat kliwon di buklan sapar. Karena penyembelihan tepat pada bulan Sapar masyarakat sekitanya menyebut Bekakak Saparan Gunung Gamping.
Perayaan upacara tradisi yang sudah turun temurun ini , sebagaimana diungkapkan Wongsoidrono (62) warga setempat untuk memperingati Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto, seornag abdi dalem Keraton Ngayogyakarta, yang hilang secara misterius di Gunung Gamping. Upacara yang digelar setiap tahun ini menjadi agenda rutin tradisi tahunan, kunjungan wisatawan sekaligus pesta rakyat yang dimeriahkan dengan berbagai atraksi.
Berawal dari belum selesainya pembangunan Kraton Ngayogyakarta di bekas hutan Beringin (lokasi sekarang) mulai tahun 1755 sampai 7 Oktober 1756.Pada saat itu Sri Sultan HB I menempati Kedaton Ambarketawang, yang terletak tidak terlalu jauh, persis di dusun terpencil di Gunung Gamping.
Desa tempat tinggal sementara Sri Sultan HB I itu bernama Kedaton Ambarketawang, yang berasala dar kata Ambar yang berarti harum dan ketawang berarti langit. Jadi Ambarketawang adalah langit yang mewangi. Itulah istana sementara Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebelum menempati Keraton Ngayogyakarta ( sekarang).
Perayaan tradisi, Saparan di bekas Gunung Gamping (Konservasi Wilayah I Resort Cagar Alam/ Taman Wisata Alam Gunung Gamping) tidak bisa lepas dari proses kepindahan Pangeran Mangkubumi dari pesanggrahan Ambarketawang ke keraton yang dibangun di Hutan Beringin ( Ngayogyaakarta), pada Kamis Legi,bulan Sapar atau dengan sengkalan berbunyi: Candrasta Nemu Ratu” yang menunjukkan angka tahun Jawa 1681.
Diketahui dari cacatan Babad Mangkubumi,tempat keraton yang baru bernama Ngayogyakarta Hadiningrat, dan mirip dengan kerajaan Prabu Rama Ayodya yang tak terkalahkan. Namun menurut, sumber lain kepindahan keraton ini disebutkan pada Kamis Pahing dengan sengkalan memet yang berbunyi Dwi Naga Rasa Tunggal, yang terdapat di gapura Kraton Ngayogyakarta.
Tahun ini ditunjukkan dengan gambar berupa dua ekor naga saling berbelitan atau menunjukkan angka tahun 1682 tahun Jawa atau 1756 M, dan angka tahun itu menunjukan Keraton Ngayogyakarta secara resmi mulai ditempati Sri Hamengku Buwono I.
Namun yang pasti kepindahan itu bertepatan dengan bulan Sapar. Saparan yang biasa dilakukan diGunung Gamping itu, selain memperingati kepindahan keraton juga untuk memperingati dua abdi dalem Keraton Sri Sultan Hmengku Buwono I Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto.
Sebagaimana diungkapkan sumber warga setempat Mbah Warno Oetomo (60) , Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto adalah sosok pemimpin kelompok prajurit Pangeran Mangkubumi yang bergerilya melawan Belanda.
Dipilihlah Gunung Gamping sebagai awal titik strategis pertahahan perang melawan Belanda, karena letaknya yang dan menguntungkan bagi prajurit sehingga dengan mudah melakukan pengintaian terhadap gerak gerik Belanda. Wajar jika kemudian kawasan yang berbatu gunung itu dijadikan markas.
Di sampingitu di marka Gunung Gamping tersebut juga merupakan tempat bala bantuan gaib yang dipimpin oleh danyang Gombak, Kuncung, Kucir, Besur, Nyai Poleng yang dikenal masyarakat sekitar sebagai danyang yang amat menakutkan. 'isan r
Video Terkait
- Kenapa Tradisi Saparan Gunung Gamping Sembelih Bekakak Boneka ?
- Jelang kampanye Terbuka Benyamin-Sudarmadi Cabup Independen Gunungkidul ‘Menyampaikan 'Saya pemimpin lahir dari rakyat Untuk Rakyat
- Ratu Denmark Margargrethe II Dan Prince Concort Berkunjung ke Jogja
- KG PAA Paku Alam IX Pemimpin Yang Merakyat Sosok Santun Tinggal Kenangan
- Campursari menghibur peserta dalam sarasehan pendidikan di wonosari
- Turis Asal Korea Berjoget Menikmati Alunan Musik Gejok Lesung
- Ada penyelundupan satwa "maka akan ada UU karantina agar flora fauna tetap lestari
- Kromo Taruna bertahan dari gusuran Belanda “Sedumuk Batuk Bathuk Senyari Bumi.