Simposium Suara Muhammadiyah ‘Toleransi Bangsa Dapat Menjaga Keharmonisan Antar Umat Beragama.
Jumat, 12 Mei 2017 | 07:01 WIBJogja media pastvnews.com, warta lintas sosial derasnya arus informasi ada puluhan, ratusan bahkan ribuan kali lebih cepat dari abad lalu, arusinformasimembawa serta pengetahuan perdagangan tidak ketinggalan agama, social dan budaya. Agama adalah hal yang mudah di pakai isu untuk sebuah gerakan politik, di samping kesenjangan social, ekonomi, dan perbedaan etnis.
Propaganda tentang Indonesia, krisis radikalisme dapat dilihat di media dunia. Kemajuan teknologi membuat hal yang sangat kecil yang terjadi diketahui orang di seberang benua.
Toleran siantar umat beragama di Indonesia sebenarnya cukup menarik perhatian dunia, perjalanan sejarah panjang bangsa, Indonesia dikenal sebagai Negara yang penduduknya beragama Islam, (muslim) sekalipun diakui pasang surut dan dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik.
PESERTA DISKUSI PANEL TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
Diberbagai diskusi di forum internasional dan interfaith dialogue yang diprakarasi Indonesia kemudian diselenggarakan diberbagai belahan dunia, Indonesia tetap dihormati sebagai Negara yang sukses dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama.
Hal tersebut,ditandaskan, Prof. Dr. Philipi K Widjaya, dalam Simposium Internasional bertajuk Genre Sosial- Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia yang diselenggarakan oleh Suara Muhammadiyah,di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta,Rabu (10/5/2017). “Negara ini didirikan oleh rakyat Indonesia, yang mana Muslim adalah mayoritas.
Dalam perjuangan panjang sebelum merdeka dan setelah merdeka, tujuanselaluuntuk Indonesia.” Ungkap pendiri Friend ship Indonesian Palestine Intiative (IPFI) Prof Philip. Hadir dalam symposium tersebut al, elemen, organisasi masarakat, masyarakat Tionghoa, Akademis, mahasiswa dan masyarakat umum.
Pantauan awak media pastvnews.com ini diskusi dan simposium tersebut cukup menarik Menurut Prof. Dr. Philipi K Widjaya, lahirnya, Pancasila dan UUD 45 adalah bukti dan komitmen paling kuat seperti apa Indonesia yang bertoleransi dan bersatu.
Karakter toleransi bangsa mampu mengembalikan kondisi yang kurang baik yang mampu meredam percikan api akibat gesekan, dan kembali pada kehidupan yang rukundandamai.Peran yang tak kalah pentingnya, adalah para pemimpin, karena pemimpin adalah yang dihormati dan dianut oleh umat nya.
Toleransi wajib kita miliki, untuk mencapai toleransi antar umat beragama, perlu dibangun niat untuk melakukan komunikasi kemudian dilanjutkan sikap jujur, saling menghormati dengan etika dan morality.
Sejumlah pembicara lokal dan internasional, Dr. Hadar Nashir M.Si, (Ketua Umum PP Muhammadiyah),Prof. Dr.Dien Syamsudin (Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat), Prof.Dr. Yunahar llyas (MUI/Ketua PP Muhammadiyah).
Jazilus Sakho (PBNU), Prof.r.Philip K Widjaya (Ketua Walubi Bidang Hubungan Internasional), Dr. Syafii Antonio (Ekkonomi dan Cendekiawan Islam),Dr.H Sew Wai Weng (Peneliti ISEAS-Yusuf Ishak Institut Singapura), dan Dr. Yuanda Zara (Sejarawan UGM), Prof. Dr.H Ahmad Syafii Maarif dan sebagai Keynote Speaker Dr.H.Asman Abnur, S.E.M.Si.’isan riyanto
Video Terkait
- Pusat Lembaga Pelestari Kabudayan Jawi Cabang Gunungkidul Di Orbitkan
- Wabup Cuekin Data Angka Kemiskinan Capai 21,7 Dan 21,4% Itu Mah Turun Temurun !
- Malu Dong Bulog Gunungkidul Disorakin ParaTengkulak !!
- Menghadapi Puasa Tahun 2017 dan Lebaran Koramil 04 Nglipar Rangkul Masyarakat
- Ratusan Sopir Taksi Manual Mogok Kerja Tuntut Taksi Online Tak Beroperasi Di Jogja
- Dualisme TPR Goa Cerme Gunungkidul dan Bantul Membuat Kunjungan Wisatawan Menurun Drastis
- forum diskusi group sistem budidaya tanaman tak sejahterakan petani
- Program Inovasi Penundaan Nikah Usia Dini Gunungkidul Masuk Top 99