Di Perlukan Kepekaan Terhadap Orang Mskin 'Tunem 'Bakal Tempati Rumah Baru Bantuan Dermawan
Selasa, 7 Februari 2017 | 07:47 WIBNglipar media Pastvnews.com – Tunem (80) Perempuan Sebtang kara tinggal di Dusun Ngrandu, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar yang pada bulan Desember 2016 awalnya di beritakan media pastvnews.com karena rumah yang hampir roboh tidak ada yang peduli sehingga terekspos beritanya mendapat simpati dari berbagai pihak.
Mbah Tunem kini bisa tersenyum lantaran dirinya yang telah sepuh di uwongke karena tidur di bersandingan dengan perabot alat dapur sehingga kehidupannya ini mengundang keperihatinan publik.
Sebagai orang yang hidup sebatang kara yang kini rumhanya telah di rehab para relawan dengan menggunkan bantuan dana dari para danatur bisa menjadi inspirasi untuk berbuat baik kepada siapapun.
Rumahnya sebelum di rehap para dermawan dan kini telah semi permanen sudah cukup bagus dibandingkan dengan rumah yang sebelumnya.
Tunem yang tidak punya suami dan anak ini juga bisa tidur dengan nyenyak karena dengan kelebihan bantuan dana dari para relawan dibelikan tempat tidur dan kasurnya.
Untuk kebutuhan sehari-haripun sebenarnya dari dulu sudah ada dermawan yang menanggungnya tiap bulanya, dari kebutuhan dapur, mandi pakaian dan kebutuhan lainya.
Inggit Yuliani (53) sebagai Guru pengajar di SMP N1 Paliyan adalah dermawan yang mengurusi kebutuhan hidup sehari-hari Tunem selama ini.
Ketika ditemui ditempatnya ia mengajar, Selasa, 07/02/2017, Inggit menceritakan panjang lebar tentang Tunem. Mulai tahun 1950 Tunem ikut orangtuanya Inggit, Marto Pramono di Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar sebagai pembantu rumah tangga.
“Awalnya Mbah Tunem itu memang ikut orang tua saya, Marto Pramono, sejak tahun 1950,” Inggit mengawali ceritanya. Tetapi setelah tahun 1977 Tunem minta pulang , sebenarnya keluarganya tidak mengijinkan, bahkan Tunem disuruh memilih mau ikut siapa dari anak-anaknya Marto Pramono.
Tetapi bujukan tadi berhasil, dan tahun 1981, Tunem pulang kerumah orang tuanya di Dusun Ngrandu, Katongan yang sampai sekarang ia tinggali. Awal pulang ke dusunya, Tunem masih bisa mencari penghasilan sendiri dengan bertani atau buruh disawah.
Dengan perjalanan waktu mulailah Tunem semakin tua dan rapuh. Mulai tahun 2006, Inggit Juliani, salah satu anak dari Marto Pramono yang sekarang tinggal di Kepek 1, Rt 003/008, Kepek, Wonosari, melarang Tunem untuk bekerja lagi karena mengingat usianya yang sudah tua. Semenjak itulah Inggit menanggung semua biaya kehidupanya sehari-hari dari kebutuhan yang sangat kecil sekalipun seperti “kinangan”(kinang, jawa) Ia menyediakan tiap bulan 30 gulung bako.
“Sampai tembakau yang digunakan untuk “susur” Mbah tunem itu saya gulungkan sebanyak 30 gulung tembakau, termasuk gambir, enjet dan sirih ya, pokoknya perkiraan saya cukup untuk satu bulan,” cerita Inggit.
Apalagi untuk kebutuhan hidup sehari-hari dari kebutuhan dapur, sampai sabun cuci dan mandi termasuk uang untuk membeli sayuran tiap harinya telah dicukupi, termasuk listrik dan air.
Jadi ketika media memberitakan Tunem tidak ada yang mengurusi, Ia agak tersinggung namun memaklumi karena hanya melihat kondisi fisik rumah dan mendengarkan cerita tetangga sebelah.
Tetapi saya ya maklum, karena memang kondisi rumah dan orangnya seperti itu, seakan tidak terurus, tidur saja sama tumpukan barang-barang bekas, padahal saya merasa mencukupi kebutuhanya tiap bulannya, walaupun saya tidak tiap hari bisa datang ke tempat Mbah Tunem,”imbuhnya.
Mbah Tunem itu, ikut orang tua saya sudah 31 tahun hidup bersama keluarga saya waktu itu, ikut membesarkan anak-anaknya orang tua saya,( Marto Pramono) termasuk saya, sehingga saya merasa iba kepada Tunem sampai sekarang, sehingga tetap saya akan memperhatikannya, pungkasnya.
Ibu supel ini ternyata tidak hanya peduli kepada Tunem, tetapi mereka juga peduli kepada janda-janda yang tidak mampu di sekitarnya, meskipun tidak seperti menyantuni Tunem.
Kepedulian seseorang untuk menolong sesama memang saat ini sangat di perlukan apalagi di berikan keapda orang yang betul –betul membutuhkan akan dapat di rasakan dan bisa menjadi contoh yang baik.
Sayangnya organisasi Swasta mapun pemerintah bahkan perseorangan saat membantu terkadang harus melewati atau mendengar kasus terlebih dahulu dari sebuah berita media massa.
Di waktu-waktu mendatang seharusnya Pemerintah terkait mulai dari paling tingkatan paling bawah seperti RT, Dukuh dan Pemdes seharusnya lebih peka di dalam menangani orang yang tidak mampu untuk di usulkan mendapat bantuan terlebih kepada warga yang tidak mampu.
Kemudian kiranya jangan sampai membantu setelah mendapat info atau berita dari media, sebab hal itu akan membuat image pimpinan kurang peduli atau pimpinan semau guwe.
Jika pemerintah terkait mulai dari tingkatan RT lebih peka maka jelas tidak akan mungkin terdengar kasus orang lemah tak dapat perhatian sehingga para relawan tidak susah payah mencarikan bantuan kepada orang yang tidak mampu
karena memang sebenarnya tugas Negara memperhatikan rakyatnya ‘ sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercapai ‘ Yaa thooo..‘tim red’
Video Terkait
- Goro-Goro Dalam Wayangan Petruk Bagong Semar Jadi Perhatian Penonton
- Wayangan lakon semar bangun karang kadempel terkandung pesan moral untuk dii simak
- Limbukan dengan dalang muda KI Riyanto gerr
- Ribuan-Warga-Padati-Malioboro-Saksikan-Pbty-Ke 12 tahun 2017
- Media Massa Gencar Menyorot Rumah Tunem Yang Reot Akhirnya Pembaca Peduli
- Tumiyem Meratapi Nasib Rumah dan Tanah di Eksekusi Gara-Gara Telat Cicil Hutang Ke BPR
- Warga ke puskesmas keluhkan pelayanan ‘bukan penyakitnya ’kenapa ya ?
- Warga Watusigar Ngawen Gunungkidul Kian Sumringah Menerima Ganti Rugi Tanah