Berebut Tuah Dari Potongan Tubuh Pasangan Pengantin “Bekakak”
Sabtu, 4 November 2017 | 19:40 WIBGamping-media pastvnews.com, ajang budaya dan telah menjadi ajang sarana wisata adalah penyembelihan bekakak.Ribuan masyarakat tumpleg bleg berebut potongan tubuh sepasang boneka pengantin yang dibuat dari beras ketan dan juruh (sirup gula warna merah).
Mereka berharap berkah dari penyembelihan sepasang pengantin.penyembelihan sepasang boneka pengantin itu sebagai simbolisasi menghilangkan sengkala di sekitar gunung Gamping, Sleman. Ritual penyembelihan di situs cagar alam Gunung Gamping,Gamping Tengah, Ambarketawang,Sleman.
Karena itulah, upacara penyembelihan dilakukan berdasarkan penghitungan Kalender Jawa jatuh pada Jumat bulan Sapar. Masyarakat kemudian mengenalnya dengan Upacara Saparan Bekakak di gunung Gamping.
Untuk mengabadikan kejadian ratusan tahun lalu, masyarakat melakukan penyembelihan sepasang boneka yang terlebih dulu diarak dari Balai Desa, menuju Gunung Gamping.
Perayaan tradisi ini merupakan peringatan bagi Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuta, abdi dalem Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I yang hilang di gunung Gamping.Upacara ini juga merupakan sebuah pesta rakyat yang dimeriahkan dengan berbagai atraksi hiburan dan pawai.
Di sepanjang jalan masyarakat menyambut antusias.Berawal dari belum selesainya pembangunan Keraton Ngajogjakarta Hadiningrat di bekas hutan Beringin, pada saat itu Sultan HB I menempati atau mesanggrah di Ambarketawang, sebuah dusun terpencil yang terletak di Gamping, Sleman.
Perayaan tradisi Saparan tidak bisa lepas dari proses kepindahan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan HB I) dari pesanggrahan Ambarketawang ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, pada Kamis Legi, bulan Sapar ditandai dengan sengakalan berbunyi Candrasta Nemu Ratu yang berangka kalender Jawa 1681 diketahui dari catatan Babad Mangkubumi,tempat Keraton yang baru bernama Ngajogjakarta Hadiningrat.
Namun dari sumber lain disebutkan, kepindahan keraton pada Kemis pahing dengan sengakalan berbunyi Dwi Naga Rasa Tunggal yang terdapat di Keraton Ngajogjakarta.Gambar dua naga saling berbelitan berangka tahun 1682 Kalender Jawa atau 1756 M.
Dan angka tahun tersebut secara resmi Keraton ditempat.Sebagaimana dituturkan, Sutarman, warga Ambarketawang Ki Wirosuta dan Nyi Wirosuto pemimpin prajurit Pangeran Mangkubumi yang sangat taat dan patuh pada Pangeran Mangkubumi, yang sangat menentang penjajahan Belanda.
Dipilihnya kawasan Gunung Gamping sebagai pusat pertahanan, di samping letak gunung Gamping sangat strategis untuk mengawasi gerak musuh.Selain Gunung Gamping merupakan tempat bala bantuan gaib yang dipimpin danyang Gombak,Kuncung, Kucir, Besur, Nyai Poleng.
Dikisahkan, pada hari Jumat Legi bulan Sapar menjelang purnama, Ki Wirosuta dan istrinya kena musibah tertimbun gunung.
Dengan hilangnya pasangan abdi dalem Keraton tersebut masyarakat setempat merasa kehilangan.Meskipun masyarakat sekitar gunung Gamping sudah berusaha mencarinya hingga berhari-hari.
Untuk mengenang dan menghormati sosok abdi dalem, masyarakat di sekitar gunung Gamping menyelenggarakan upacara Saparan dengan menyembelih sepasang boneka pengantin yang disebut Bekakak. ‘krt krido/isan riyanto
Video Terkait
- Jaga Soliditas, MKGR Siap Antar Golkar Jadi Pemenang Pemilu 2019
- Guna Menjalankan Efesiensi Pembayaran Bi Terbitkan GPN
- Meikarta Hadir Tawarkan Tempat Hunian Mewah Dengan Harga Terjangkau ?
- Agus Subagya 'Ampi Menjadi Salah Satu Gerbang dan Gerbong Partai Golkar
- Golkar Siap Menyongsong Pemilu 2019
- Apa Hubungannya Nyi Roro kidul Dengan Raja Sulaiman ?
- Ratusan Ayam Pelung Dalam Kidung Istimewa Cup II
- Beri Bekal Pelaku UKM Kreatif Bekraf Gelar Kelas Manajemen Keuangan
- Batik Yogyakarta Menuju Diharapkan Menembus Pasar Internasional
- Perhelatan Adiluhung Beksan Catur Sagatra : Nguri –uri Budaya Jawa
- Pemda DIY Adakan Pesta Rakyat Gratis