Kembali Ke Index Video


Kenapa Tradisi Saparan Gunung Gamping Sembelih Bekakak Boneka ?

Jumat, 4 Desember 2015 | 07:56 WIB
Dibaca: 3380
Kenapa Tradisi Saparan Gunung Gamping Sembelih Bekakak Boneka  ?
sembelih bekakak boneka gunung gamping

Media pastvnews.com, budaya dan tradisi Di gunung Gamping Sleman setiap tahun di lakukan penyembelihan sepasang bekakak, menyambung liputan terkait di bawah ini, semula gunung gamping merupakan Selain tempat pertahanan, Pangeran Mangkubumi, memerintakan  Adipati Jayaningrat untuk membangun pesanggarahan di dususn Tlogo yang kemudian  disebut  sebagai Ambarketawang. Sedangkan,Keraton Ngayogyakarta,  pada saat  itu  sedang  dibangun.

Namun  saat, Sri Sultan HB I “ boyongan”ke Kraton  Ngayogyakarta, abdi dalemnya  Ki  Wirosuto dan Nyi  Wirosuto tetap tinggal di Gunung Gamping.

Dikisahkan,  pada hari Jumat Legi, Sapar menjelang purnama,Ki  Wirosuto dan istrinya mendapat musibah, tertimbun runtuhan gunung  dan diperkirakan  hilang mereka diperkirakan terkubur hidup-hidup.  Dengan hilangnya pasangan abdi dalem keraton,  masyarakat setempat  merasa kehilangan  panutan yang dituakan.

Meskipun masyarakat sudah berusaha untuk mencari keberadaan Ki Wirosuto dan istrinya pencarian tak membuahkan hasil hingga berhari-hari, tetap  saja   pasangan suami istri  tak ditemukan.

Akhirnya masyarakat sekitar menyatakan bahwa Ki  Wirosuto dan Nyi Wirosuto hilang,  namun rohnya  masih berada di sekitar gunung Gamping.

Untuk mengenang dan menghormati  sosok pepunden abdi dalem,masyarakat sekitarnya menyelenggarakan upacara  Saparan  dengan menyembelih  sepasang  boneka  pengantin yang disebut  Bekakak.

Dahulu, gunung itu  masih utuh,  dalam perkembangan dan banyaknya pemukiman  sedikit   demi sedikit bongkahan gunung tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya, bahkan kini tinggal  seonggok gunung  yang  dikeramatkan  setiap tahun  disekitarnya   mengadakan  tradisi  Saparan.

Masyarakat   mempercayai,  bahwa  mereka yang tewas kecelakaan pada saat menambang  kapur itu menjadi teman  Ki Wirosuto dan istrinya.

Karena sering terjadinya kecelakaan yang merenggut  jiwa manusia maka atas  saran Sri Sultan  Hamengku Buwono I, masayarakat  sekitar  mengadakan upacara  dengan menyembelih  sepasang  boneka pengantin yang terbuat dari  tepung beras ketan diisi  dengan sirup (teres  warna merah) yang menyerupai  darah.

Sepasang boneka tersebut  disembelih  setelah sebelum diarak terlebih dari Lapangan Ambarketawang , Balai Desa Ambarketawang dan berakhir di Gunung Gamping.

Puncak boneka  pengantin  itu disembelih  sebagai simbol pengorbanan Ki Wirosuto dan Nyi Wirosuto yang hilang tertimbun bongkahan batu gunung.  Setelah   boneka disembelih  knon  sebagai  sarana untuk tolak balak. isan




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi