Warga Tionghoa andil dIbidang ekonomi, budaya juga dalam penyebaran agama Islam
Jumat, 19 Mei 2017 | 20:01 WIBMedia online pastvnews.com, Isu SARA isu yang rentan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Terlebih isu yang dihembuskan menyangkut etnis keturunan.
Padahal saat ini beragam etnis serta suku bangsa telah berperan aktif dalam pola relasi social yang multikuktur telah terbentuk dalam kesadaran berbangsa dan bernegara, Indonesia. Tak terkecuali warga keturunan, Tionghoa.
“Warga Tionghoa memiliki peran yang sangat besar dalam perjalanan pembangunan Indonesia. Baik di dalam ranah ekonomi, budaya dan juga dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Sayangnya kesadaran tersebut belakangan agak luntur dari benak masyarakat karena isu SARA yang menjadi ancamana kebhinekaan NKRI” ujar Deni Asy’ari, Direktur Suara Muhammadiyah di sela-sela Simposium Internasional, Genre Sosial Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia, bertempat di Inna Garuda.
Lebih jauh ia memaparkan selama ini banyak tokoh-tokoh ,uslim lahir dari kalangan etnis Tionghoa. Di mana beberapa tokoh diantaranya memiliki peran penting dan aktif dalam dakwah menyebarkan agama Islam.
Akan tetapi karena minimnya kajian akademik yang mampu mengungkap peran social dan partisipasi politik etnis Tionghoa membuat informasi mengenai peran warga keturunan ini menjadi kurang diperhatikan.
Sementara itu Jalizus Sakhok dari PBNU dalam makalahnya yang berjudul Muslim Tionghoa, Nahdlatul Ulama dan Keindonesiaan menungkapkan jika dilihat dari sisi fisiknya boleh jadi orang Jawa ini merupakan orang keturunan Tionghoa.
Menurut Jalizus, peran perantau Tionghoa-Muslim yang sebagian besar terdiri dari kaum laki-laki megukuhkan dirinya sebagai orang “pribumi” dengan melakukan sejumlah perkawinan dengan perempuan setempat. Baik dari golongan bangsawan keratin maupun rakyat biasa.
Dan tradisi nikah silang antara oranf Tionghoa dan Jawa yang begitu biasa pada masa prakolonial itulah yang menyebabkan orang jawa dahulu merasa bangga menyatakan diri sebagai keturunan Tionghoa.
“Jika dirunut dari sejarah atau asal usulnya, contohnya saya sendiri, ternyata orang tua atau simbah saya masih keturunan dari Champa. Namun karena tidak tahu dari garis generasi ke berapa sehingga kita menjadi orang Jawa” ujarnya. njar
Video Terkait
- Limbah Ban Bekas Mampu Menghambat Kecelakaan Di Tikungan Maut
- PT SKS Gugat Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Ke PTUN ‘Apa Masalahnya ?
- Tahun 2017 Gunungkidul Tak Mendapat Dana Alokasi Khusus Untuk Perumahan Kumuh
- Ponco Sutiyem “Brebes mili” Di Datangi Bupati
- HUT Ke-17 Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Gunungkidul
- Pelaku Usaha Hotel dan Resort di Gunungkidul Protes Usahanya Sering di Grebek