Kembali Ke Index Video


Makna Hari Kartini Di Desa Selang Gunungkidul 'Ajak Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Kamis, 27 April 2017 | 22:16 WIB
Dibaca: 1865
Makna Hari Kartini Di Desa Selang Gunungkidul 'Ajak Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
PESERTA HARI KARTINI GUNUNGKIDUL DI BALAI DESA SELANG TAMPAK KAUM PEREMPUAN BERBUSANA ADAT JAWA

Wonosari-Pastvnews.com-berbusana Jawa dalam sebuah upacara peringatan hari Kartini memiliki makna simbolik yang mendalam. Panitia peringatan hari kartini tersebut di pusatkan di balai Desa Selang.

Panitai hari kartini ternyata menilai semua tamu undangan yang hadir khususnya kaum perempuan yang hampir rata-rata berpakaian adat jawa. Diam-diam para peserta dibuat kaget, pasalnya mereka tidak tahu kalau kedatangannya ternyata dinilai oleh panitia juri yang sebelumnya sudah disiapkan walaupun secara mendadak.

Waduh saya tidak tahu, kalau tahu ya, pasti saya tidak dandan seperti ini, yo wislah ora popo,” ucap Sri Sudarmi warga Selang yang mendapat undangan. Dari ratusan peserta yang dianggap berpakaian serasi ada 11 peserta dan disaring lagi diambil 2 orang yang dijadikan ratu pakaian serasi.

Ini salah satu bentuk mendisiplinkan dan menyadarkan kaum wanita supaya paham, kalau berpakaian itu supaya serasi dan enak untuk dipandang. Tidak pakaiannya Jowo deles tetapi atasnya pakai kerudung, itu ya, kurang pas,” tutur salah satu panitia peringatan hari Kartini.

Menurutnya kalau kepala pakai kerudung, pakaian bawahnya juga harus menyesuaikan supaya cocok dan serasi, tutupnya.

Ternyata berpakaianpun kalau menggunakan pakaian adat khususnya adat jawa ada aturan – aturannya. Biasanya pakaian hias yang dikenal di daerah Surakarta maupun Jogyakarta adalah kain yang bermotifkan tema-tema geometris, swastika (misalnya bintang dan matahari), hewan (misal : burung, ular, kerbau, naga), tumbuh-tumbuhan (bunga teratai, melati) maupun alam dan manusia.

Motif geometris diantaranya adalah kain batik yang bercorak ikal, pilin, ikal rangkap dan pilin ganda. Motif berupa garis-garis potong yang disebut motif tangga merupakan simbolisasi dari nenek moyang naik tangga sedang menuju surga. Bahkan motif yang paling dikenal oleh masyarakat Surakarta adalah motif tumpal berbentuk segi tiga yang disebut untu walang, yang melambangkan kesuburan.

Pada busana-busana khusus untuk upacara perkawinan dikenal juga motif pada batik tulis, seperti kain sindur dan truntum yang dipakai oleh orang tua mempelai. Sedangkan kain sido mukti, kain sido luhur dan sido mulyo merupakan pakaian mempelai.

Fungsi pakaian, awalnya digunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara yang menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan keindahan.

Pada masyarakat di Jawa, khususnya di Jogja atau Solo fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik.

Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik 'fungsi social yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya, sementara berpakaian rapat dan rapi serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.

Bupati Gunungkidul, Hj.Badingah, melalui teks yang dibacakan Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi menghimbau peringatan hari Kartini 2017 menekankan untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Lebih lanjut di lontarkan akhir-akhir banyak informasi kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak, oleh sebab itu saya ada kekerasan di Kabupaten Gunungkidul,” jelasnya Joko N.




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi