Kembali Ke Index Video


Inilah Kisah Bau Harum Makam Giri Gondo Kulonprogo

Jumat, 4 Desember 2015 | 09:29 WIB
Dibaca: 7154
Inilah Kisah Bau Harum Makam Giri Gondo Kulonprogo
MAKAM PA IX WAFAT 2015 Kulonprogo-media PASTVNEWS.COM, jika anda akan berziarah ke makam pakualam di Giri Gondo akan menaiki tangga untuk menuju makam utama, Paku Alam VIII tidak jauh dari lokasi pemakaman kurang lebih   sekitar 100 meter dari  pintu gerbang menuju makam Girigoindo  juga terdapat makam,  keduanya terletak di dusun  Kompleks makam   keluarga Paku Alam ini terletak di Gunung  Keling,  dan terletak  di desa  Kali gintung,Temon, Kulonprogo.

Di astana   Girigondo, ini terdapat pesarean atau makam utama  yang terletak di  puncak gunung Girigondo.

Tempat tersebut  disemayamkan,  sebagai tempat peristirahatan terakhir  bagi  keluarga  Pakualaman,  Diantara   KGPA  Paku Alam  V, VII dan  VIII.  Sedangkan makam KGPAA  Paku Alam  IX  yang  mangkat (21/11) dimakamkan  di sisi   selatan  dibawah makam  utama.

Menurut kisah,  yang dituturkan secara turun temurun, sejarah makam  khusus ini bermula  dari seorang keturunan   Cina, yang mencari tempat  pemakaman bagi keluarganya. Berdasarkan fengshui Gunung keling  di Kali gintung merupakan lokasi  yang bagus untuk tempat  peristirahatan terakhir.

Ia lalu  minta  izin  kepada KGPAA PA  V, yang  saat itu berkuasa, untuk  menggunakan  pemakaman   bagi keluarganya. Sayang keingjnannya  tak  dikabulkan KGPAA PA V.  Sri Paduka  menghendaki  Gunung Keling digunakan  sebagai tempat  pemakaman bagi keluarganya.

Kisah bau wangi di Girigondo karena  tanah gunung Keling  menebarkan  bau wangi maka  tempat tersebut  lalu disebut  Giri Gondo. Gunung  yang berbau harum.  “Kalau  soal dongeng  tentang asal  muasa  nama Girigondo, memang pernah  ada. namun karena  sudah  cukup lam,a , secara  perlahan  dongeng itu memudar. 

turut juru kunci makam  Drs. H Mas  wedana  Wasiluddin (64),  Wasiludin menjelaskan  pembangunan mama diprakars KGPAA  PA V.  adakan naik tahta  1878 dan  wafat  1900.

Parakaras iutu berawal dari kondisi makam raja-raja Hastarengga, Kotagede, Yogyakarta yang tidak  lagi bisa  digunakan  atau  dan mungkin saat itu sudah jenuh maka KGPAA  PA  V  lalu  memutuskan untuk  membangun sebuah  kompleks makam, bagi keuarga  PA, Sri PA menjadi adipati pertama  yang dimakamkan  khsusus  keluarga-keluarga P.  Sebelum  digunakan  sebagai makam khsusus baik keluarga  PA, Papar wailuddin.

Gunung  Keling  merupakan bukit berkemiringan  yang cukup curam  saat pembangunan makama dimulai,  orang yang  pertama kali menerima  dhawuh adalah Wonorejo, oleh itu sebab itu ketika  wonorejo, meninggal,  dimakamkan  ditimur  bangsal,tempat istirahat  masyarakat ataua para peziarah. 

Untuk  jalan  berupa  undakan-undakan,  sampai  ke makam utama dipuncak,  menurut  catatan  dibangun 1930,”tetang wasiluddin.  Sedangkan  Masjid  Pakualaman yang  berada  di jauh dari gerbang  utama  dibangun  sekitar tahun  1920 an,. 

Pada masa lalau, lajut Wasiludddin,  kerabat  Pura Pakualaman, yang ingin  nyekar ke Girigondo selalau meggunakan  kereta hal ini karena  jarak  yang cukup jauh antara Girigondo dengan Yogyakarta sekitar 45 km.

yang mejajdi pengrurus taknir mesji d setempat.

Tapi seperti  makama raja-raja,  di Imogiri, maupun Kotagede, maka peziarah  di astana Girigondo tidak diharuskan mengenakan  busana  tertentu, seperti baju  peranakan,  bagi perempuan, para peziarah   cukup mengenakan  busana  yang sopan, atau pantas  dan rapi.

”Pada tahun  1960-190, astana  Girigondo ramai dikunjungi peziarah, tapi  seiring perjalanan waktu, peziarah  hanya datang  pada malam hari tertentu saja,.

Para  peziarah yang datang  dari luar  daerah” kata wasiludin yang mengaku mengabdi sejak  1982 bahwa Astana  Girigondo, menempati  areal  seluas 10 hektar.

Para peziarah  biasanya  bersuci  dan shalat dimasjid terlebih dulu, sebelum berziarah  ke makam  utama. Wasiluddin akan menuntun  para pezarah  membaca  jaimah thoyobbah, tahli, dzkikir dan  tahmid.  Selanjutnya di makam para  adipati  PA .Mereka  akan menutup prosesi peziarahan  dengan  doa pribadi  dan tabur  bunga. ‘Isan R.




Video Terkait


Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi